Selasa, 31 Mei 2016

Ketika pendidikan terjerat kemiskinan

“Education is the great engine of development.” Ungkapan Nelson Mandela (1918-2013) ini memang benar adanya. Pendidikan merupakan mesin besar pembangunan, lewat pendidikan dapat memajukan dan mengembangkan suatu negara. Sebagai contohnya di negara-negara barat kemajuannya sangat pesat terutama negara Amerika Serikat, itu disebabkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun sayang kutipan dari mantan presiden Afrika Selatan tersebut belum memotivasi negara Indonesia. Masih banyak diluar sana, terutama di daerah terpencil di Indonesia yang kurang kesadarannya akan pentingnya pendidikan. Bukan hanya di daerah terpencil di Indonesia, bahkan di kota besar pun masih ada beberapa orang tua yang kurang peduli dengan pendidikan anak – anaknya. Contoh yang terjadi di kota Depok.
Bermula dari seorang teman saya bernama Mba Widya seorang ibu rumah tangga. Mba Widya bercerita kepada saya, bahwa disekitar rumahnya yang terletak di desa Cimpauen, kelurahan Tapos - Depok masih banyak tetangganya yang enggan menyekolahkan anaknya dengan alasan biaya pendidikan yang masih mahal. Menurut Mba Widya, begitu miris rasanya melihat dan mendengar apa yang terjadi pada saat itu, mengingat Depok merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia, kota yang posisinya bersebelahan dengan ibu kota DKI Jakarta. Tapi masih ada warganya yang masih merasa keberatan untuk menyekolahkan anaknya. Karena pada saat itu biaya sekolah gratis belum diterapkan oleh pemerintah di sekolah – sekolah di Daerah Depok. Dan Mba Widya pun terkesan dengan kalimat Mahatma Gandhi: “Cara terbaik menemukan dirimu adalah dengan meleburkan diri dalam melayani orang lain.”
Termovitasi dengan kalimat tersebut, pada akhirnya Mba Widya dan beberapa teman kuliahnya berinisiatif untuk membuat sebuah rumah baca dan sekolah Paud untuk warga yang tidak mampu. Tujuannya Mba Widya dan teman – temannya mendirikan sekolah paud dan rumah baca tersebut agar anak – anak yang berasal dari keluarga tidak mampu bisa sedikit merasakan yang namanya belajar. Hal baik Mba Widya tersebut ternyata disambut baik oleh warga sekitar.
Dengan penuh semangat pada akhirnya Mba Widya dan teman – temannya berusaha mengumpulkan sedikit demi sedikit buku – buku bekas yang masih layak dibaca terutama buku anak - anak, dan juga hasil dari sumbangan beberapa donatur. Hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan, terkumpulah sekitar 500 buku bacaan untuk anak - anak. Setelah berhasil mengumpulkan buku – buku tersebut mba Widya dan teman – temannya membuat sebuah rumah baca dan sekolah Paud yang diberi nama Paud Mawar, sekolah dan rrumah baca gratis untuk warga yang kurang mampu. Mba Widya dan team relawannya tersebut terjun langsung untuk mengajar dan mendidik anak – anak yang kurang mampu.  Begitu banyak cerita seru yang Mba Widya dapat selama mendirikan rumah baca dan sekolah Paud tersebut. Dan saya pun termovitasi dengan semangat Mba Widya, semoga kelak bisa mengikuti jejak Mba Widya sebagai wanita yang hebat yang peduli dengan lingkungan sekitar. Dengan begitu saya nobatkan Mba Widya sebagai “Ibu Cermat, Ibu Hebat”. Hal inilah yang semangatnya patut dicontoh dari mba Widya, menyokong orang di lingkungannya dengan segala upayanya seperti halnya Pinjam Indonesia ( http://www. pinjam.co.id) dengan visi penguatan bisnisnya yang membantu menyokong UMKM Indonesia lebih sukses dan membantu mengurus permodalannya. Pinjam Indonesia ( http://www.pinjam.co.id) datang sebagai solusi dari kebutuhan modal cepat bagi para pelaku UMKM di Indonesia.

Tidak ada komentar: